Sabtu, 05 Mei 2012


MAKALAH
STIMULASI PADA ANAK USIA 0 -3 TAHUN


DISUSUN OLEH :
ATHIA AZKA FADHILAH

AKADEMI KEPERAWATAN AISYIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2012- 2013









KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga kami  dapat menyelesaikan masalah ini. Shalawat serta salam tetap tercurahkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Dalam penyelesaian makalah kami ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu pembimbing serta berbagai pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya, kami  menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.


Palembang, 13 April 2012



penyusun







STIMULASI PADA ANAK USIA 0 – 3 TAHUN

1.      Pengertian Stimulasi
Stimulasi anak usia dini (AUD) adalah kegiatan merangsang secara memadai kemampuan dasar anak agar tumbuh dan berkembang optimal sesuai potensi yang dimilikinya. Yang disebut perangsangan yang memadai adalah perangsangan yang dilakukan dengan benar, adekwat dan teratur, sesuai kelompok umur anak.
Para ahli tumbuh kembang menekankan empat aspek kemampuan dasar anak yang perlu mendapat rangsangan yaitu: kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan berbahasa, serta kemampuan bersosialisasi (berinteraksi), dan kemandirian.
Kemampuan dasar lain yang juga perlu mendapatkan stimulasi adalah kemampuan kognitif, kreativitas, dan moral-spiritual. Masalahnya, orang tua khususnya ibu banyak yang tidak mengetahui hal ini sehingga stimulus pun absen diberikan saat mereka masih mengandung.
Pun ketika sudah melahirkan, stimulus tampaknya masih merupakan hal yang asing. Sebenarnya orangtua dapat merangsang otak anak lewat interaksi dengannya. Hal ini bisa dicapai dengan metode mendengar, melihat, meniru, dan mengulang. Caranya bisa dengan rangsangan musik, suara, gerakan, perabaan, bicara, menyanyi, membaca, mencocokkan, membandingkan, memecahkan masalah, mencoret, menggambar, ataupun merangkai. Yang dirangsang sendiri adalah otak kanan, kiri, sensorik, motorik, kognitif, komunikasi-bahasa, sosio-emosional, kemandirian, dan kreativitas.
Stimulasi dini dapat memengaruhi kualitas otak, yakni dengan memperbanyak dan memperkuat sinaps atau jaringan penghubung. Mengaktifkan daerahdaerah tertentu sehingga informasi dapat diproses lebih cepat dan kuat. Anak yang kurang stimulasi, maka sel-sel otaknya tidak mempunyai jaringan penghubung selamanya.
Hak-hak anak sudah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945, Konvensi Hak Anak, dan undang-undang lain tentang kesejahteraan dan perlindungan anak yang berlaku. Orang tua, wali, pendidik, dan pengasuh perlu menyadari hak-hak yang melekat pada anak, yaitu:
1.      Tidak dibeda-bedakan (non-diskriminasi)
2.      Hak untuk memperoleh yang terbaik
3.      Hak untuk bertahan hidup, bertumbuh dan berkembang
4.      Hak untuk dihargai pendapatnya
Oleh karena itu merupakan kewajiban orang tua untuk memberikan yang terbaik bagi anak dan anak berhak mendapatkan yang terbaik termasuk urusan tumbuh-kembangnya. Memberikan yang terbaik berarti orang tua harus memenuhi kebutuhan dasar anak yaitu kebutuhan fisik-biologis (Asuh), kasih sayang (Asih) dan stimulasi (Asah) melalui kegiatan SDIDTK.

2.      Cara Menstimulasi Anak Usia Dini
Ada beberapa prinsip dasar dalam melakukan stimulasi pada anak usia dini yang perlu diterapkan yaitu:
§  Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang terhadap anak.
§  Selalu tunjukkan perilaku yang baik karena anak cenderung meniru tingkah laku orang-orang terdekat dengannya.
§  Dunia anak dunia bermain, karena itu stimulasi dilakukan dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi dan variasi lain yang menyenangkan, tanpa  paksaan dan hukuman.
§  Berikan stimulasi sesuai kelompok umur anak.
§  Stimulasi dilakukan dengan cara-cara yang benar, secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak.
§  Menggunakan alat bantu/alat permainan yang sederhana, aman dan ada disekitar kita.
§  Anak laki-laki dan perempuan diberikan kesempatan yang sama.



3.      Usia 0 – 1 tahun
Di usia 3-4 bulan kandungan, janin sudah menunjukkan gerakan tubuh pertamanya, yang semakin bertambah sejalan dengan pertambahan usia kehamilan. Gerakan kedua muncul saat bayi lahir, yaitu gerak refleks.
“Gerakan seperti mengisap puting susu ibu, gerak refleks tangan dan kaki, mengangkat kepala saat ditengkurapkan, dan membuka jari saat telapak tangannya disentuh, merupakan gerakan refleks yang bertujuan untuk bertahan hidup,” tutur konsultan dan stimulator potensi kecerdasan anak ini.
Ditambahkan ayah tiga anak ini, gerak refleks seharusnya distimulasi agar kemampuan awal si kecil terbentuk. Contohnya, bila gerak refleks tangan distimulasi dengan baik, dalam usia 2-3 bulan, bayi memiliki kemampuan menggenggam benda-benda yang berukuran besar.
Stimulasi yang bertahap dan berjenjang akan memberikan manfaat dalam kemampuan dan keterampilan menggenggam pada bayi. Bayi akan mampu menggenggam benda-benda yang lebih kecil hingga akhirnya bisa menggenggam sendok atau pensil warna.
Kemampuan kinestetik lain yang mesti dimiliki bayi usia 3-6 bulan adalah merayap dan merangkak. Kemampuan ini merupakan awal dari perkembangan bergerak maju, duduk, berdiri, dan berjalan. Orangtua bisa menempatkan bola warna-warni di depan bayi saat ia tengkurap. Warna-warni akan menarik bayi untuk mengambil dengan berusaha bergerak maju.
Setelah merangkak, anak akan belajar berjalan. Untuk berjalan, diperlukan kekuatan otot kaki, punggung, perut, keseimbangan tubuh, koordinasi mata-tangan-kaki, serta aspek mental, emosional, dan keberanian. Dengan banyaknya aspek yang terlibat dalam proses berdiri dan berjalan, jumlah sel otak yang terstimulasi pun bertambah banyak. Saat belajar berjalan, anak mencoba merambat dan berdiri sambil berpegangan benda-benda yang kuat.






4.      Usia 1 – 3 tahun

Di usia setahun, seluruh kemampuan dan keterampilan kinestetiknya sudah terbentuk. Untuk itu, perlu diberikan pengembangan stimulasi dengan penambahan pada bentuk, media, tingkat kesulitan, dan lainnya. Cara yang mudah adalah banyak bermain bersama anak seperti berlari, melompat, melempar, menangkap, berguling, dan lain-lain.
Anak akan lebih mudah belajar melempar daripada menangkap. Agar kemampuan anak menangkap bola atau benda bertambah, rajin-rajinlah orangtua bermain lempar-tangkap bola. Dengan cara ini pula kemampuan koordinasi mata dan tangan anak akan terlatih. Bila anak sudah mampu menangkap dan melempar, tingkat kesulitannya bisa ditambah. Contohnya, menambah jarak lempar-tangkap, mengganti bola yang lebih besar dengan yang kecil, serta arah lemparan semakin cepat.
Teknik-teknik tersebut akan membantu menguatkan otot-otot lengan anak serta mengembangkan keterampilan motorik halus dan kasar, koordinasi mata-tangan, visual-spasial, kecepatan reaksi, dan kelenturan. Kesemuanya, menurut Bambang, merupakan respon dari sel-sel otak.
Keterampilan motorik halus dan kasar berguna untuk kemampuan menulis, menggambar, melukis, dan keterampilan tangan lainnya. Anak juga bisa dilatih mengembangkan otot kaki, misalnya menendang bola, melompat dengan dua kaki, serta menaiki anak tangga (tentu dibantu orang dewasa).

5.      Usia 3-4 tahun

            Di usia ini, keterampilan dan kemampuan anak sebenarnya tidak jauh berbeda dengan anak usia 1-2 tahun. Perbedaan yang nyata hanya pada kualitasnya. Anak usia 3-4 tahun berlari lebih cepat ketimbang anak usia 1-2 tahun, lemparannya lebih kencang, dan sudah mampu menangkap dengan baik.
Kemampuan motorik kasar otot kaki anak, selain berjalan dan berlari cepat, antara lain mampu melompat dengan dua kaki, memanjat tali, menendang bola dengan kaki kanan dan kiri. Untuk motorik kasar otot lengan, anak mampu melempar bola ke berbagai arah, memanjat tali dengan tangan, mendorong kursi, dan lainnya.
Kemampuan yang melibatkan motorik halus untuk koordinasi mata-tangan, yaitu mampu memantul-mantulkan bola beberapa kali, menangkap bola dengan diameter lebih kecil, melambungkan balon, keterampilan coretan semakin baik.
Agar kemampuan dan keterampilan motorik halus serta kasar kian berkembang, anak bisa diberikan stimulasi kinestetik. Ia mencontohkan beberapa hal seperti berjalan atau berlari zigzag, berjalan dan berlari mundur untuk mengembangkan otak kanan, melompat dengan dua kaki ke berbagai arah, menendang bola dengan kaki kanan atau kiri ke berbagai arah, melempar bola ke berbagai arah dengan bola sedang sampai kecil, melempar bola ke sasaran seperti huruf, angka, atau gambar, menangkap bola dari berbagai arah, bermain bulutangkis, mencoret-coret berbagai bentuk geometri untuk mengembangkan otak kiri dan kanan, serta menggerakkan kedua tangan dan kaki dengan memukul drum mainan.













DAFTAR PUSTAKA


http://www-mobile.ecs.soton.ac.uk/comms/neuron_cell.jpg, diakses 5 Mei 2010.

http://www.dmacc.edu/instructors/rbwollaston/Nervous_system/motor_neuron.gif, diakses 5 Mei 2010.

Staf Ahli Meneg PPN Bidang SDM dan Kemiskinan, Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional-BAPPENAS, 2006, Studi Kebijakan Pengembangan Anak Usia Dini Yang Holistik dan Terintegras

Tidak ada komentar:

Posting Komentar