Sabtu, 05 Mei 2012

lp isos : menarik diri


ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN HUBUNGAN SOSIAL

A.  DEFENISI
Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami ketidak mampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan disekitarnya secara wajar dan hidup dalam khayalan sendiri yang tidak realistik. Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar. Pada pasien dengan perilaku menarik diri sering melakukan kegiatan yang ditujukan untuk mencapai pemuasan diri, dimana pasien melakukan usaha untuk melindungi diri sehingga ia jadi pasif dan berkepribadian kaku, pasien menarik diri juga melakukan pembatasan (isolasi diri), termasuk juga kehidupan emosionalnya, semakin sering pasien menarik diri, semakin banyak kesulitan yang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial dan emosional dengan orang lain (Keliat, Budi Anna, dkk, 1997)

B.  FAKTOR PENYEBAB MENARIK DIRI
1.  Faktor predisposisi
Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan gangguan alam perasaan yang parah. Teori ini menunjukkan rentang faktor-faktor penyebab yang mungkin bekerja sendiri atau dalam kombinasi.
Ø  Faktor genetik, dianggap mempengaruhi transmisi gangguan efektif melalui riwayat keluarga atau keturunan.
Ø  Teori agresi menyerang kedalam menunjukkan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang ditujukan kepada diri sendiri.
Ø  Teori kehilangan objek, merujuk kepada perpisahan traumatik individu dengan benda atau yang sangat berarti.
Ø  Teori organisasi kepribadian, menguraikan bagaimana konsep diri yang negatif dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan penilaian seseorang terhadap diri sendiri
Ø  Model kognitif menyatakan bahwa depresi, merupakan masalah kognitif yang didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri seseorang, dunia seseorang, dan masa depan seseorang.
Ø  Metode ketidakberdayaan yang dipelajari, menunjukkan bahwa bukan semata-mata trauma menyebabkan depresi tetapi keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali terhadap hasil yang penting dalam kehidupannya, oleh karena itu ia mengulang respons yang adaptif.
Ø  Model perilaku berkembang dari kerangka teori belajar sosial, yang mengasumsi penyebab defresi terletak pada kurangnya keinginan positif dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Ø  Model biologik, menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi selama masa depresi, termasuk defisiensi katekolamin, disfungsi endoksin, hipersekresi kotisol, dan variasi periodik, irama biologis.

2.  Faktor presipitasi
 Adapun empat sumber utama stessor yang dapat menentukan gangguan alam  perasaan  :
Ø  Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dilayangkan, termasuk kehilangan cinta seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau harga diri, karena elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka persepsi pasien merupakan hal yang sangat penting.
Ø  Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai pendahulu episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.
Ø  Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan depresi, terutama pada wanita.
Ø  Perubahan fisiologis diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik, seperti : infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik, dapat mencetuskan gangguan alam perasaan diantara obat-obatan tersebut terdapat obat antihipertensi dan penyalahgunaan zat yang menyebabkan kecanduan. Kebanyakan penyakit kronik yang melemahkan tubuh juga sering disertai dengan depresi. Depresi yang terdapat pada usia lanjut biasanya bersifat kompleks, karena untuk menegakkan diagnosisnya sering melibatkan evaluasi dari kerusakan otak organik, dan depresi klinik (Stuart & Sundeen, 1998)

C.  RENTANG RESPON
Rentang Respon Sosial
Respon Adaptif Respon Maladaptif
      - Menyendiri Merasa sendiri (Loneliness) Manipulasi
       - Otonomi Menarik diri Impulsif
       - Bekerja sama      (mutualisme),     ketergantungan      (dependence),  
         narcissism
-  Saling ketergantungan (interdependence)

*      Menyendiri ( Solitude)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.
*      Otonomi
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide, pikiran, perasaan, dalam hubungaan sosial.
*      Bekerjasama (mutualism)
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.

*      Saling Ketergantungan (interdependence)
     Merupakan  kondisi   saling   ketergantungan   antara   individu   dengan orang lain  dalam membina hubungan interpersonal.
*      Menarik diri
 Keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain
*      Ketergantungan ( dependence )
 Terjadi bila seseorang gagal dalam mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
*      Manipulasi
Gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang lain sebagai objek individu tersebut tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
*      Impulsif
Tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, penilaian yang buruk dan individu ini tidak dapat diandalkan.
*      Narcissism
Harga dirinya rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian yang egosentris dan pencemburu.

Rentang Respon Emosional
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Kepekaan Reaksi berduka Supresi Penundaan Defresi
Emosional Tak terkomplikasi Emosi Reaksi berduka Mania
*      Kepekaan emosional, mempengaruhi dan berperan aktif dalam dunia internal dan eksternal seseorang. Tersirat bahwa orang tersebut terbuka dan sadar akan perasaannya sendiri.
*      Reaksi berduka tak terkomplikasi, terjadi sebagai respon terhadap kehilangan dan tersirat bahwa seseorang sedang menghadapi sesuatu kehilangan yang nyata serta terbenam dalam peroses berdukanya.
*      Supresi emosi, mungkin tampak sebagai penyangkalan (denial terhadap perasaan sendiri, pelepasan dari keterikatan dengan emosi atau penalaran terhadap semua aspek dari dunia afektif seeorang.
*      Penundaan reaksi berkabung, adalah ketidakadaan yang persisten respon emosional terhadap kehilangan. Ini dapat terjadi pada awal proses berkabung, dan menjadi nyata pada pengunduran proses mulai terjadi atau keduanya. Penundaan dan penolakan proses berduka kadang terjadi bertahun-tahun.
*      Defresi, suatu kesedihan atau perasaan duka yang berkepanjangan dapat digunakan untuk menunjukkan berbagai fenomena, tanda, gejala sindrom, keadaan emosional, reaksi penyakit atau klinik.
*      Mania, ditandai dengan elepati alam perasaan berkepanjangan atau mudah di singgung. Hipomania digunakan untuk menggambarkan sindrom klinik serupa tetapi tidak separah mania atau episode manik. (Stuart dan sundeen, 1998).

D. TANDA DAN GEJALA TINGKAH LAKU MENARIK DIRI
Adapun tingkah laku menarik diri yaitu :
• Kurang sopan
• Apatis
• Ekspresi wajah kurang berseri
• Afek tumpul
• Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri
• Komunikasi verbal menurun atau tidak ada.
• Mengisolasi diri
• Kurang sadar dengan lingkungan sekitar
• Pemasukan makan dan minuman terganggu
• Retensi win dan fesis
• Aktivitas menurun
• Kurang energik(tenaga)
• Harga diri rendah
• Menolak hubungan dengan orang lain

E. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
 a.  Faktor Predisposisi
*      Faktor perkembangan
Secara teori, kurangnya stimulasi, kasih sayang dan kehangatan dari ibu (pengasuh) pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya.
*      Faktor biologis
    Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
*      Faktor sosiokultural
Isolasi sosial dapat terjadi, salah satunya pada tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi.
 b.Faktor Presipitasi
         Stressor psikologis seperti intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah diyakini akan menimbulkan berbagai masalah kerusakan hubungan sosial menarik diri
c. Prilaku
Tingkah laku klien menarik diri:
Kurang spontan
Apatis (acuh terhadap lingkungan)
Ekspresi wajah kurang berseri
Afek tumpul
Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri
§                                     Komunikasi verbal menurun/ tidak ad
d. Fisik
ADL (Aktiviti Daily Life), Masalah nutrisi, kebersihan diri, tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan aktivitas fisik yang menurun akan muncul pada klien dengan menarik diri.
e.  Status emosi
Afek tidak sesuai merasa bersalah dan malu, sikap negatif yang curiga, rendah diri dan kecemasan berat.
f.  Status sosial
Menarik diri dan tidak percaya pada orang lain.

2.  Diagnosa Keperawatan
Perubahan sensasi presepsi ; halusinasi berhubungan dengan menarik diri
  Tujuan Umum  : Klien   dapat   berhubungan   dengan   orang   lain    dan
                             lingkungan sehingga halusinasi dapat dicegah
Tujuan Khusus  :
      TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
       Intervensi
       Bina hubungan saling percaya :
- Sikap terbuka dan empati
- Terima klien apa adanya
- Sapa klien dengan ramah
- Tepati janji
- Jelaskan tujuan pertemuan
- Pertahankan kontak mata selama interaksi
- Penuhi kebutuhan dasar klien saat itu

TUK 2 : Klien   dapat   mengenal   perasaan yang menyatakan perilaku
               menarik diri
Intervensi
1. Kaji pengetahuan klien tentang menarik diri
2. Beri   kesempatan   pada   klien   untuk mengungkapkan perasaan
            penyebab menarik  diri
3. Diskusikan bersama klien tentang prilaku menarik dirinya
4. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkannya

TUK 3 : klien  dapat  mengetahui   keuntungan   berhubungan   dengan
               orang lain
Intervensi
1. Diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
2. Dorong  klien  untuk  menyebutkan  kembali  manfaat  berhubungan 
    dengan orang lain
3  Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan manfaat
                berhubungan dengan orang lain

TUK 4 : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap
Intervensi
1. Dorong  klien  untuk  menyebutkan  cara berhubungan dengan orang  
    lain
2. Dorong    dan   Bantu   klien   berhubungan  dengan  orang  lain
    secara  bertahap antara lain:
- klien – perawat
      - klien – perawat – perawat lain
      - klien – perawat – klien lain
      - klien – kecil (TAK)
      - klien – keluarga
3. Libatkan klien dalam kegiatan TAK dan ADL ruangan
4. Reinforcement positif atas keberhasilan yang telah dicapai klien

TUK 5 : Klien   mendapatkan   dukungan   keluarga   dan berhubungan  
               dengan orang lain
Intervensi
1. Diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan anggota keluarga
2. Dorong klien untuk mengemukakan perasaan tentang keluarga
3. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien     mengungkapkan 
   perasaannya,   manfaat berhubungan dengan orang lain












DAFTAR PUSTAKA


Carpenito, Lynda Jual. Bahan Saku Keperawatan, EGC, Jakarta 1997.

Keliat, Budi Anna, dkk. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC, Jakarta 1997

Rasmun. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga, Fajar Intrapratama, Jakarta, 2001.

Stuart dan Sundeen, Keperawatan Jiwa, EGC, Jakarta, 1998

Townsen, C,.Marry, Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri, EGC, Jakarta, 1998.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar