ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN HUBUNGAN
SOSIAL
A. DEFENISI
Menarik
diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami ketidak mampuan untuk
mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan disekitarnya
secara wajar dan hidup dalam khayalan sendiri yang tidak realistik. Menarik
diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan
hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar.
Pada pasien dengan perilaku menarik diri sering melakukan kegiatan yang
ditujukan untuk mencapai pemuasan diri, dimana pasien melakukan usaha untuk
melindungi diri sehingga ia jadi pasif dan berkepribadian kaku, pasien menarik
diri juga melakukan pembatasan (isolasi diri), termasuk juga kehidupan emosionalnya,
semakin sering pasien menarik diri, semakin banyak kesulitan yang dialami dalam
mengembangkan hubungan sosial dan emosional dengan orang lain (Keliat, Budi
Anna, dkk, 1997)
B. FAKTOR PENYEBAB MENARIK DIRI
1. Faktor
predisposisi
Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan gangguan alam perasaan yang
parah. Teori ini menunjukkan rentang faktor-faktor penyebab yang mungkin bekerja
sendiri atau dalam kombinasi.
Ø Faktor genetik, dianggap mempengaruhi transmisi
gangguan efektif melalui riwayat keluarga atau keturunan.
Ø Teori agresi menyerang kedalam menunjukkan bahwa
depresi terjadi karena perasaan marah yang ditujukan kepada diri sendiri.
Ø Teori kehilangan objek, merujuk kepada perpisahan
traumatik individu dengan benda atau yang sangat berarti.
Ø Teori organisasi kepribadian, menguraikan bagaimana
konsep diri yang negatif dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan
dan penilaian seseorang terhadap diri sendiri
Ø Model kognitif menyatakan bahwa depresi, merupakan
masalah kognitif yang didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri
seseorang, dunia seseorang, dan masa depan seseorang.
Ø Metode ketidakberdayaan yang dipelajari, menunjukkan
bahwa bukan semata-mata trauma menyebabkan depresi tetapi keyakinan bahwa
seseorang tidak mempunyai kendali terhadap hasil yang penting dalam
kehidupannya, oleh karena itu ia mengulang respons yang adaptif.
Ø Model perilaku berkembang dari kerangka teori belajar
sosial, yang mengasumsi penyebab defresi terletak pada kurangnya keinginan
positif dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Ø Model biologik, menguraikan perubahan kimia dalam
tubuh yang terjadi selama masa depresi, termasuk defisiensi katekolamin,
disfungsi endoksin, hipersekresi kotisol, dan variasi periodik, irama biologis.
2. Faktor
presipitasi
Adapun empat sumber utama
stessor yang dapat menentukan gangguan alam perasaan
:
Ø Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang
dilayangkan, termasuk kehilangan cinta seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau
harga diri, karena elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan,
maka persepsi pasien merupakan hal yang sangat penting.
Ø Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan
sebagai pendahulu episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah
yang dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.
Ø Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan
mempengaruhi perkembangan depresi, terutama pada wanita.
Ø Perubahan fisiologis diakibatkan oleh obat-obatan
atau berbagai penyakit fisik, seperti : infeksi, neoplasma, dan gangguan
keseimbangan metabolik, dapat mencetuskan gangguan alam perasaan diantara
obat-obatan tersebut terdapat obat antihipertensi dan penyalahgunaan zat yang
menyebabkan kecanduan. Kebanyakan penyakit kronik yang melemahkan tubuh juga
sering disertai dengan depresi. Depresi yang terdapat pada usia lanjut biasanya
bersifat kompleks, karena untuk menegakkan diagnosisnya sering melibatkan
evaluasi dari kerusakan otak organik, dan depresi klinik (Stuart & Sundeen,
1998)
C. RENTANG RESPON
Rentang Respon Sosial
Respon Adaptif Respon Maladaptif
- Menyendiri Merasa sendiri
(Loneliness) Manipulasi
- Otonomi Menarik diri
Impulsif
- Bekerja sama (mutualisme), ketergantungan (dependence),
narcissism
- Saling ketergantungan (interdependence)
Menyendiri ( Solitude)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah
dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk
menentukan langkah selanjutnya.
Otonomi
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide, pikiran, perasaan,
dalam hubungaan sosial.
Bekerjasama (mutualism)
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut
mampu untuk saling memberi dan menerima.
Saling Ketergantungan (interdependence)
Merupakan
kondisi saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
Menarik diri
Keadaan dimana seseorang
menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain
Ketergantungan ( dependence )
Terjadi bila seseorang gagal
dalam mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara
sukses.
Manipulasi
Gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang
lain sebagai objek individu tersebut tidak dapat membina hubungan sosial secara
mendalam.
Impulsif
Tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, penilaian
yang buruk dan individu ini tidak dapat diandalkan.
Narcissism
Harga dirinya rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan
dan pujian yang egosentris dan pencemburu.
Rentang Respon Emosional
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Kepekaan Reaksi berduka Supresi Penundaan
Defresi
Emosional Tak terkomplikasi Emosi Reaksi
berduka Mania
Kepekaan emosional, mempengaruhi dan
berperan aktif dalam dunia internal dan eksternal seseorang. Tersirat bahwa
orang tersebut terbuka dan sadar akan perasaannya sendiri.
Reaksi berduka tak terkomplikasi, terjadi
sebagai respon terhadap kehilangan dan tersirat bahwa seseorang sedang
menghadapi sesuatu kehilangan yang nyata serta terbenam dalam peroses berdukanya.
Supresi emosi, mungkin tampak sebagai
penyangkalan (denial terhadap perasaan sendiri, pelepasan dari keterikatan
dengan emosi atau penalaran terhadap semua aspek dari dunia afektif seeorang.
Penundaan reaksi berkabung, adalah
ketidakadaan yang persisten respon emosional terhadap kehilangan. Ini dapat
terjadi pada awal proses berkabung, dan menjadi nyata pada pengunduran proses
mulai terjadi atau keduanya. Penundaan dan penolakan proses berduka kadang
terjadi bertahun-tahun.
Defresi, suatu kesedihan atau perasaan
duka yang berkepanjangan dapat digunakan untuk menunjukkan berbagai fenomena,
tanda, gejala sindrom, keadaan emosional, reaksi penyakit atau klinik.
Mania, ditandai dengan elepati alam
perasaan berkepanjangan atau mudah di singgung. Hipomania digunakan untuk
menggambarkan sindrom klinik serupa tetapi tidak separah mania atau episode
manik. (Stuart dan sundeen, 1998).
D. TANDA DAN GEJALA TINGKAH LAKU MENARIK DIRI
Adapun tingkah laku menarik diri yaitu :
• Kurang sopan
• Apatis
• Ekspresi wajah kurang berseri
• Afek tumpul
• Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri
• Komunikasi verbal menurun atau tidak ada.
• Mengisolasi diri
• Kurang sadar dengan lingkungan sekitar
• Pemasukan makan dan minuman terganggu
• Retensi win dan fesis
• Aktivitas menurun
• Kurang energik(tenaga)
• Harga diri rendah
• Menolak hubungan dengan orang lain
E. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Faktor Predisposisi
Faktor perkembangan
Secara teori,
kurangnya stimulasi, kasih sayang dan kehangatan dari ibu (pengasuh) pada bayi
akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa
percaya.
Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Faktor sosiokultural
Isolasi sosial dapat terjadi, salah satunya pada tuntutan lingkungan
yang terlalu tinggi.
b.Faktor Presipitasi
Stressor
psikologis seperti intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah diyakini akan menimbulkan
berbagai masalah kerusakan hubungan sosial menarik diri
c. Prilaku
Tingkah laku klien menarik diri:
Kurang spontan
Apatis (acuh terhadap lingkungan)
Ekspresi wajah kurang berseri
Afek tumpul
Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri
§
Komunikasi verbal menurun/ tidak ad
d. Fisik
ADL (Aktiviti Daily Life), Masalah nutrisi, kebersihan diri, tidak
mampu berpartisipasi dalam kegiatan aktivitas fisik yang menurun akan muncul
pada klien dengan menarik diri.
e. Status emosi
Afek tidak sesuai merasa bersalah dan malu, sikap negatif yang curiga, rendah
diri dan kecemasan berat.
f. Status sosial
Menarik diri dan tidak percaya pada orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan sensasi presepsi ; halusinasi berhubungan dengan menarik diri
Tujuan
Umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain dan
lingkungan sehingga halusinasi dapat dicegah
Tujuan Khusus :
TUK 1 : Klien dapat membina
hubungan saling percaya dengan perawat
Intervensi
Bina hubungan saling
percaya :
- Sikap terbuka dan empati
- Terima klien apa adanya
- Sapa klien dengan ramah
- Tepati janji
- Jelaskan tujuan pertemuan
- Pertahankan kontak mata selama interaksi
- Penuhi kebutuhan dasar klien saat itu
TUK 2 : Klien dapat mengenal
perasaan yang menyatakan perilaku
menarik
diri
Intervensi
1. Kaji pengetahuan klien tentang menarik diri
2. Beri kesempatan pada klien
untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri
3. Diskusikan bersama klien tentang prilaku menarik
dirinya
4. Beri pujian terhadap kemampuan klien
mengungkapkannya
TUK 3 : klien dapat
mengetahui keuntungan berhubungan dengan
orang
lain
Intervensi
1. Diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan
orang lain
2. Dorong
klien untuk menyebutkan
kembali manfaat berhubungan
dengan
orang lain
3 Beri pujian terhadap
kemampuan klien dalam menyebutkan manfaat
berhubungan dengan orang lain
TUK 4 : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap
Intervensi
1. Dorong klien untuk menyebutkan cara berhubungan dengan orang
lain
2. Dorong dan Bantu klien berhubungan dengan orang
lain
secara bertahap antara lain:
- klien – perawat
- klien –
perawat – perawat lain
- klien –
perawat – klien lain
- klien –
kecil (TAK)
- klien –
keluarga
3. Libatkan klien dalam kegiatan TAK dan ADL ruangan
4. Reinforcement positif atas keberhasilan yang telah dicapai klien
TUK 5 : Klien mendapatkan dukungan
keluarga dan
berhubungan
dengan orang lain
Intervensi
1. Diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan anggota keluarga
2. Dorong klien untuk mengemukakan perasaan tentang keluarga
3. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya,
manfaat berhubungan dengan orang lain
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Jual. Bahan Saku
Keperawatan, EGC, Jakarta 1997.
Keliat, Budi Anna, dkk. Proses
Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC, Jakarta 1997
Rasmun. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri
Terintegrasi dengan Keluarga, Fajar Intrapratama, Jakarta, 2001.
Stuart dan Sundeen, Keperawatan Jiwa,
EGC, Jakarta, 1998
Townsen, C,.Marry, Diagnosa Keperawatan pada
Keperawatan Psikiatri, EGC, Jakarta, 1998.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar