MAKALAH
STIMULASI
PADA ANAK USIA 0 -3 TAHUN
DISUSUN
OLEH :
ATHIA
AZKA FADHILAH
AKADEMI
KEPERAWATAN AISYIYAH PALEMBANG
TAHUN
AKADEMIK 2012- 2013
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan masalah
ini. Shalawat serta salam tetap tercurahkan pada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW.
Dalam penyelesaian makalah kami ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu pembimbing serta berbagai pihak
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya, kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.
Palembang, 13
April 2012
penyusun
STIMULASI PADA ANAK
USIA 0 – 3 TAHUN
1. Pengertian Stimulasi
Stimulasi anak usia dini (AUD) adalah kegiatan merangsang secara memadai
kemampuan dasar anak agar tumbuh dan berkembang optimal sesuai potensi yang
dimilikinya. Yang disebut perangsangan yang memadai adalah perangsangan yang
dilakukan dengan benar, adekwat dan teratur, sesuai kelompok umur
anak.
Para ahli tumbuh kembang menekankan empat aspek kemampuan dasar anak yang
perlu mendapat rangsangan yaitu: kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan
berbahasa, serta kemampuan bersosialisasi (berinteraksi), dan kemandirian.
Kemampuan dasar lain yang juga perlu mendapatkan stimulasi adalah kemampuan
kognitif, kreativitas, dan moral-spiritual. Masalahnya, orang tua khususnya ibu
banyak yang tidak mengetahui hal ini sehingga stimulus pun absen diberikan saat
mereka masih mengandung.
Pun ketika sudah melahirkan, stimulus tampaknya masih merupakan hal yang
asing. Sebenarnya orangtua dapat merangsang otak anak lewat interaksi
dengannya. Hal ini bisa dicapai dengan metode mendengar, melihat, meniru, dan
mengulang. Caranya bisa dengan rangsangan musik, suara, gerakan, perabaan,
bicara, menyanyi, membaca, mencocokkan, membandingkan, memecahkan masalah,
mencoret, menggambar, ataupun merangkai. Yang dirangsang sendiri adalah otak
kanan, kiri, sensorik, motorik, kognitif, komunikasi-bahasa, sosio-emosional,
kemandirian, dan kreativitas.
Stimulasi dini dapat memengaruhi kualitas otak, yakni dengan memperbanyak
dan memperkuat sinaps atau jaringan penghubung. Mengaktifkan daerahdaerah
tertentu sehingga informasi dapat diproses lebih cepat dan kuat. Anak yang
kurang stimulasi, maka sel-sel otaknya tidak mempunyai jaringan penghubung selamanya.
Hak-hak anak sudah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945, Konvensi Hak
Anak, dan undang-undang lain tentang kesejahteraan dan perlindungan anak yang
berlaku. Orang tua, wali, pendidik, dan pengasuh perlu menyadari hak-hak
yang melekat pada anak, yaitu:
1.
Tidak dibeda-bedakan (non-diskriminasi)
2.
Hak untuk memperoleh yang terbaik
3.
Hak untuk bertahan hidup, bertumbuh dan berkembang
4.
Hak untuk dihargai pendapatnya
Oleh karena itu
merupakan kewajiban orang tua untuk memberikan yang terbaik bagi anak dan
anak berhak mendapatkan yang terbaik termasuk urusan
tumbuh-kembangnya. Memberikan yang terbaik berarti orang tua harus
memenuhi kebutuhan dasar
anak yaitu kebutuhan fisik-biologis (Asuh), kasih sayang (Asih) dan
stimulasi (Asah) melalui kegiatan SDIDTK.
2. Cara
Menstimulasi Anak Usia Dini
Ada beberapa prinsip dasar dalam
melakukan stimulasi pada anak usia dini yang perlu diterapkan yaitu:
§ Stimulasi dilakukan dengan
dilandasi rasa cinta dan kasih sayang terhadap anak.
§ Selalu tunjukkan
perilaku yang baik karena anak cenderung meniru tingkah laku orang-orang
terdekat dengannya.
§ Dunia anak dunia
bermain, karena itu stimulasi dilakukan dengan cara mengajak anak bermain,
bernyanyi dan variasi lain yang menyenangkan, tanpa paksaan dan hukuman.
§ Berikan stimulasi
sesuai kelompok umur anak.
§ Stimulasi dilakukan
dengan cara-cara yang benar, secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur
anak.
§ Menggunakan alat
bantu/alat permainan yang sederhana, aman dan ada disekitar kita.
§ Anak laki-laki dan
perempuan diberikan kesempatan yang sama.
3. Usia
0 – 1 tahun
Di usia 3-4 bulan kandungan, janin
sudah menunjukkan gerakan tubuh pertamanya, yang semakin bertambah sejalan
dengan pertambahan usia kehamilan. Gerakan kedua muncul saat bayi lahir, yaitu
gerak refleks.
“Gerakan seperti mengisap puting
susu ibu, gerak refleks tangan dan kaki, mengangkat kepala saat ditengkurapkan,
dan membuka jari saat telapak tangannya disentuh, merupakan gerakan refleks
yang bertujuan untuk bertahan hidup,” tutur konsultan dan stimulator potensi
kecerdasan anak ini.
Ditambahkan ayah tiga anak ini,
gerak refleks seharusnya distimulasi agar kemampuan awal si kecil terbentuk.
Contohnya, bila gerak refleks tangan distimulasi dengan baik, dalam usia 2-3
bulan, bayi memiliki kemampuan menggenggam benda-benda yang berukuran besar.
Stimulasi yang bertahap dan
berjenjang akan memberikan manfaat dalam kemampuan dan keterampilan menggenggam
pada bayi. Bayi akan mampu menggenggam benda-benda yang lebih kecil hingga
akhirnya bisa menggenggam sendok atau pensil warna.
Kemampuan kinestetik lain yang mesti
dimiliki bayi usia 3-6 bulan adalah merayap dan merangkak. Kemampuan ini
merupakan awal dari perkembangan bergerak maju, duduk, berdiri, dan berjalan.
Orangtua bisa menempatkan bola warna-warni di depan bayi saat ia tengkurap.
Warna-warni akan menarik bayi untuk mengambil dengan berusaha bergerak maju.
Setelah merangkak, anak akan belajar
berjalan. Untuk berjalan, diperlukan kekuatan otot kaki, punggung, perut,
keseimbangan tubuh, koordinasi mata-tangan-kaki, serta aspek mental, emosional,
dan keberanian. Dengan banyaknya aspek yang terlibat dalam proses berdiri dan
berjalan, jumlah sel otak yang terstimulasi pun bertambah banyak. Saat belajar
berjalan, anak mencoba merambat dan berdiri sambil berpegangan benda-benda yang
kuat.
4.
Usia
1 – 3 tahun
Di usia setahun, seluruh kemampuan
dan keterampilan kinestetiknya sudah terbentuk. Untuk itu, perlu diberikan
pengembangan stimulasi dengan penambahan pada bentuk, media, tingkat kesulitan,
dan lainnya. Cara yang mudah adalah banyak bermain bersama anak seperti
berlari, melompat, melempar, menangkap, berguling, dan lain-lain.
Anak akan lebih mudah belajar
melempar daripada menangkap. Agar kemampuan anak menangkap bola atau benda
bertambah, rajin-rajinlah orangtua bermain lempar-tangkap bola. Dengan cara ini
pula kemampuan koordinasi mata dan tangan anak akan terlatih. Bila anak sudah
mampu menangkap dan melempar, tingkat kesulitannya bisa ditambah. Contohnya,
menambah jarak lempar-tangkap, mengganti bola yang lebih besar dengan yang
kecil, serta arah lemparan semakin cepat.
Teknik-teknik tersebut akan membantu
menguatkan otot-otot lengan anak serta mengembangkan keterampilan motorik halus
dan kasar, koordinasi mata-tangan, visual-spasial, kecepatan reaksi, dan
kelenturan. Kesemuanya, menurut Bambang, merupakan respon dari sel-sel otak.
Keterampilan motorik halus dan kasar
berguna untuk kemampuan menulis, menggambar, melukis, dan keterampilan tangan
lainnya. Anak juga bisa dilatih mengembangkan otot kaki, misalnya menendang
bola, melompat dengan dua kaki, serta menaiki anak tangga (tentu dibantu orang
dewasa).
5. Usia 3-4
tahun
Di usia ini, keterampilan dan kemampuan anak sebenarnya tidak jauh berbeda dengan anak usia 1-2 tahun. Perbedaan yang nyata hanya pada kualitasnya. Anak usia 3-4 tahun berlari lebih cepat ketimbang anak usia 1-2 tahun, lemparannya lebih kencang, dan sudah mampu menangkap dengan baik.
Kemampuan motorik kasar otot kaki
anak, selain berjalan dan berlari cepat, antara lain mampu melompat dengan dua
kaki, memanjat tali, menendang bola dengan kaki kanan dan kiri. Untuk motorik
kasar otot lengan, anak mampu melempar bola ke berbagai arah, memanjat tali dengan
tangan, mendorong kursi, dan lainnya.
Kemampuan yang melibatkan motorik
halus untuk koordinasi mata-tangan, yaitu mampu memantul-mantulkan bola
beberapa kali, menangkap bola dengan diameter lebih kecil, melambungkan balon,
keterampilan coretan semakin baik.
Agar kemampuan dan keterampilan
motorik halus serta kasar kian berkembang, anak bisa diberikan stimulasi
kinestetik. Ia mencontohkan beberapa hal seperti berjalan atau berlari zigzag,
berjalan dan berlari mundur untuk mengembangkan otak kanan, melompat dengan dua
kaki ke berbagai arah, menendang bola dengan kaki kanan atau kiri ke berbagai
arah, melempar bola ke berbagai arah dengan bola sedang sampai kecil, melempar
bola ke sasaran seperti huruf, angka, atau gambar, menangkap bola dari berbagai
arah, bermain bulutangkis, mencoret-coret berbagai bentuk geometri untuk
mengembangkan otak kiri dan kanan, serta menggerakkan kedua tangan dan kaki
dengan memukul drum mainan.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www-mobile.ecs.soton.ac.uk/comms/neuron_cell.jpg, diakses 5 Mei 2010.
http://www.dmacc.edu/instructors/rbwollaston/Nervous_system/motor_neuron.gif, diakses 5 Mei 2010.
Staf Ahli Meneg PPN Bidang SDM dan Kemiskinan, Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional-BAPPENAS, 2006, Studi Kebijakan Pengembangan Anak Usia Dini Yang Holistik dan Terintegras